MERENDA CINTA

MENUAI SURGA

 

 

Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.

Hai hamba-hamba-Ku, tiada kekuatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati.

(Yaitu) orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami dan adalah mereka dahulu orang-orang yang berserah diri.

Masuklah kamu ke dalam surga, kamu dan istri-istri kamu digembirakan.

(Al Qur’an). 

 

Membaca ayat-ayat di atas, terbetik kerinduan akan surga dan perjumpaan dengan-Nya. Surga merupakan sesuatu yang telah dijanjikan Allah kepada umat-Nya, yang kenikmatan di dalamnya belum pernah terdengar, terlihat, maupun terfikirkan oleh manusia. Apalagi dapat berada di surga bersama orang-orang yang kita cintai –karena Allah tentu saja-.

Menurut Dr Scott Peck dalam The Roadless Travelled , cinta adalah suatu tekad untuk mengembangkan diri  dengan mengembangkan ruhani sendiri dan atau orang lain. Jadi cinta di sini –apalagi cinta karena Allah- bukan sesuatu yang egois atau maunya menang sendiri, tetapi tersimpan suatu konsekuensi untuk memberdayakan orang-orang yang kita cintai (untuk lebih jauh baca Cinta Pilar Ukhuwah), mentransfer kesadaran berada di jalan yang lurus dan mengaplikasikan petunjuk-petunjuk-Nya dalam keseharian untuk meningkatkan kehidupan beragana (ruhani) kita maupun orang-orang yang kita cintai.

Lalu ngapain sich kita musti mencintai orang lain karena Allah, bukankah ada daya tarik yang lain seperti kecantikan/ketampanan, kekayaan maupun keturunannya. Bukankah kita sendiri kadang sulit untuk menjawab jika ditanya mengapa mencintai orang lain? Jawaban yang paling sering muncul yaitu “Aku cinta karena orang lain pantas dicinta dan aku mencintainya”. Tetapi ternyata Rasulullah SAW telah memberikan petunjuk dan kemuliaan bagi orang-orang yang saling mencintai karena Allah dalam sunah-sunahnya.

Kemuliaan yang diberikan kepada orang yang saling mencintai karena Allah antara lain:

1.     Diangkat derajatnya

                “Sesungguhnya Allah Taala memiliki hamba-hamba yang disediakan bagi mereka mimbar-mimbar pada hari kiamat untuk mereka duduki. Mereka adalah suatu kaum yang pakaiannya bercahaya dan wajahnya bercahaya pula, mereka bukan nabi dan bukan pula pahlawan syahid.” Para sahabat bertanya: “Siapakah mereka itu, ya Rasulullah?” Nabi bersabda: “Mereka adalah orang-orang yang saling menziarahi pada jalan Allah dan orang-orang yang saling bergaul sesamanya pada jalan Allah.” (HR Thabrani dalam Al Ausath).

2.     Merupakan amal yang paling disukai Allah

                “Allah Taala telah mewahyukan kepada nabi Musa as, firman-Nya: “Hai Musa, sudahkah kamu berbuat amal apapun untuk-Ku?” Jawab Musa: “Tuhanku, aku telah bersembahyang untuk-Mu, dan telah berpuasa untuk-Mu, dan telah bersedekah untuk-Mu, den telah mengingat Engkau.” Maka Allah Taala berfirman: “Hai Musa, sesungguhnya shalat adalah suatu bukti kebenaran bagimu, dan puasa adalah perisai bagimu, dan sedekah adalah sebuah naungan bagimu, dan mengingat (dzikir) adalah cahaya bagimu. Maka amal apakah yang telah kamu perbuat untuk-Ku?” Musa berkata: “Tunjukkanlah kepada hamba suatu perbuatan yang adalah untuk-Mu” Allah berfirman: “Hai Musa, sudahkah kau berteman dengan seorang temanpun karena Aku dan sudahkah kamu memusuhi seorang musuhpun karena Aku?” (Al Hadits).

3.     Mendapat naungan pada hari kiamat

                “Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kamat: “Manakah orang-orang yang saling mencintai pada jalan-Ku. Maka demi kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku, pada hari ini Aku payungi mereka dengan naungan-Ku, yaitu hari dimana tidak ada tempat berteduh selain pada naungan-Ku.” (Al Hadits).

4.     Mendapat pahala yang besar

                “Barang siapa yang berziarah pada saudaranya yang muslim maka dari setiap langkahnya akan mendapatkan pahala memerdekakan seorang budak wanita dan digugurkan seribu kesalahan daripadanya sehingga dia pulang. Lalu dituliskan baginya seribu kebaikan dan diangkatkan baginya suatu cahaya seperti cahaya ‘arasy di sisi Tuhannya. (Hadits Al Harits bin Abu Usamah).

5.     Dimasukkan dalam ahli surga dan disediakan tempat yang khusus

                “Tidakkah Aku beritahukan kepadamu sekalian orang-orang di antara kamu yang termasuk penghuni surga?” Kami berkata: “Tentu ya Rasul Allah.” Sabda Nabi SAW: “Nabi itu dalam surga, orang-orang yang beriman (shiddiq) itu di dalam surga, dan orang-orang yang mati syahid itu di dalam surga dan orang yang berziarah kepada saudaranya yang muslim yang tinggal di suatu sudut kota, yang ziarahnya itu hanya karena Allah, adalah di dalam surga.” (HR Abu Na’im Al Hafizh).

                “Sesungguhnya di dalam surga ada beberapa ruangan yang luarnya dapat dilihat dari dalamnya dan sebaliknya. Allah telah meneyediakannya bagi orang-orang yang saling mencintai, saling berziarah, dan saling berkorban pada jalan-Nya. (HR Thabrani).

6.     Dicintai oleh Allah

                “Seorang laki-laki telah berziarah kepada saudaranya karena Allah. Maka Allah mengirim seorang malaikat mencegatnya pada pintu masuk. Kata malaikat itu: “Hendak kemanakah anda?” Jawab laki-laki itu: “Saya akan ke si Fulan.” Tanya malaikat: “Apakah karena anda familinya?” Jawab laki-laki itu: “Tidak.” Tanya malaikat: “Jadi kenapa anda berziarah kepadanya?” Jawab laki-laki itu: “Saya mencintai dia karena Allah.” Maka kata malaikat itu: “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan sesungguhnya Dia mencintai kamu dan juga dia (orang yang kamu ziarahi). (Diriwayatkan dari Abu Hurairah).   

                Sungguh besar sekali kemuliaan yang dijanjikan kepada orang yang saling mencinta karena Allah, saling berkunjung (berziarah) karena Allah dan saling berkorban untuk yang dicintai di jalan Allah. Seorang mukmin seharusnya memiliki kawan-kawan yang dicintai karena Allah Ta’ala. Menampakkan perilaku mereka yang bercinta, saling mendekat, bermufakat, membangun ukhuwah diniyah dan istiqomah di jalan-Nya. Berat memang, tapi masih MUNGKIN.

 

 

 

<<  back to ISHLAH