Metode Taqarrub

 

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat ..." [Al Baqarah (2): 186]

 

Metode untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT tentunya adalah dengan mengerjakan amalan ibadah yang dicintai-Nya, yaitu ibadah-ibadah wajib. Sekaligus, ibadah wajib merupakan bukti kecintaan seorang hamba kepada Khaliqnya, apabila ia bersedia menegakkannya dalam kehidupan.

"Dan tidaklah beramal seorang hamba-Ku yang lebih Aku sukai seperti jika ia melakukan kewajiban yang telah Ku-perintahkan atasnya" (HR. Bukhary).

Selain ibadah wajib, maka ibadah sunnah adalah termasuk ibadah yang dicintai Allah SWT. Untuk itu, metode pendekatan diri kepada Allah SWT selain mengerjakan ibadah wajib juga ditambah dengan dengan ibadah sunnah.

"Dan selalu hamba-Ku bertaqarrb (mendekat) kepada-Ku dengan ibadah sunnah sampai Aku mencintai-Nya" (HR. Bukhary).

Ibadah wajib merupakan amalan yang telah jelas perintahnya dan para ulama' tidak berselisih tentang wajibnya; seperti shalat wajib (Isya', Shubuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib) dan puasa Ramadhan. Sedangkan ibadah sunnah adalah ibadah yang dikerjakan Rasulullah SAW selain ibadah wajib; seperti shalat sunnah, puasa sunnah, dzikir dan lain-lain.

1. Shalat Sunnah

Shalat sunnah adalah shalat yang dilaksanakan selain shalat wajib yang lima; Isya', Shubuh, Dzuhur, Ashar dan Maghrib. Berbeda dengan shalat wajib yang lebih utama dilaksanakan di masjid, maka shalat sunnah lebih utama dikerjakan di rumah. "Wahai sekalian manusia, shalatlah di rumahmu! Maka sesungguhnya seutama-utama shalat seseorang itu di dalam rumahnya, kecuali shalat fardhu" (HR. Bukhary-Muslim).

Di antara shalat sunnah itu adalah:

a. Shalat Sunnah Rawatib

Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat wajib. Sabda Rasulullah SAW:

"Di antara tiap adzan dan iqamah ada shalat sunnah (tiga kali)… (HR. Bukhary-Muslim).

Shalat sunnah rawatib yang senantiasa dikerjakan Rasulullah SAW adalah:

"Dua raka'at shalat sunnah sebelum shubuh lebih baik dari dunia seisinya" (HR. Muslim).

Ibnu Umar RA berkata:"Saya telah shalat bersama Rasulullah SAW dua raka'at sunnah sebelum Dzuhur dan dua raka'at sesudahnya" (HR. Bukhary-Muslim).

"Adalah Rasulullah SAW biasa shalat empat raka'at sebelum Ashar dipisah dua salam" (HR. At Tirmidzi).

"Shalatlah sebelum Maghrib (tiga kali), bagi siapa yang suka mengerjakannya" (HR. Bukhary).

Ibnu Umar RA berkata:"Saya telah shalat bersama Rasulullah SAW dua rakaat sunnah sesudah Isya'"(HR. Bukhary-Muslim).

"Jika telah selesai shalat Jum'at, hendaknya shalat sunnah empat raka'at (dua salam)" (HR. Muslim).

Keutamaan shalat sunnah rawatib adalah sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW:

"Tiada seorang Muslim yang shalat sunnah karena Allah, pada tiap hari duabelas raka'at (shalat rawatib), melainkan Allah akan membangunkan baginya sebuah rumah di surga" (HR. Muslim)

b. Shalat Dhuha

Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang dikerjakan pada saat matahari telah naik lebih dari sepenggalah (kurang lebih di atas pukul 07.00 WIB) sampai waktu menjelang Dzuhur. Karena ada larangan untuk mengerjakan shalat ketika posisi matahari tepat di atas kita.

"Adalah Rasulullah SAW shalat Dhuha empat raka'at (dua salam) dan kadang-kadang lebih dari itu (dua raka'at-dua raka'at), sekehendak Allah" (HR. Muslim)

c. Shalat Malam (Tahajjud)

Shalat malam (tahajjud) adalah shalat sunnah yang dikerjakan setelah shalat Isya' (setelah shalat sunnah ba'da Isya') sampai menjelang waktu Shubuh.

"Dan pada sebahagian malam hari bertahajjudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabbmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji" [Al Israa' (17): 79]

Shalat tahajjud adalah shalat sunnah yang paling utama setelah shalat fardhu.

"Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu adalah shalat sunnah di waktu malam" (HR. Muslim)

Sedangkan banyaknya raka'at untuk shalat tahajjud adalah tanpa batasan, dan dibagi menjadi dua raka'at-dua raka'at. Diperbolehkan seseorang melakukan semampunya. "Shalat malam itu dua-dua raka'at" (HR. Bukhary-Muslim)

d. Shalat Witir

Shalat witir adalah shalat malam yang jumlah raka'atnya ganjil; minimal satu raka'at. Sabda Rasulullah SAW:

"Sesungguhnya Allah itu witir (tunggal) dan suka pada witir, maka shalat witir-lah wahai Ahlul Qur'an" (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi). Shalat witir biasa dipakai sebagai penutup rangkaian ibadah shalat malam.

"Jadikan penghabisan (akhir) shalatmu waktu malam adalah witir" (HR. Bukhary-Muslim).

Akan tetapi bagi mereka yang khawatir tidak bisa bangun malam, maka shalat witir boleh dikerjakan di awal, yaitu sebelum tidur malam.

"Barangsiapa yang takut tidak dapat bangun pada akhir malam, maka berwitirlah pada permulaan malam" (HR. Muslim)

Akan tetapi bagi mereka yang merasa yakin bisa bangun malam, maka lebih baik shalat witir diakhirkan.

"Dan barangsiapa yang berpengharapan dapat bangun pada kahir malam hendaklah shalat witir pada akhir malam" (HR. Muslim).

Bila sebelum tidur telah mengerjakan shalat witir dan ketika tengah malam ternyata bisa bangun untuk mengerjakan shalat malam (tahajjud); maka tidak perlu mengulangi shalat witirnya. Cukup sekali melakukan shalat witir dalam satu malam.

e. Shalat Tahiyyatul Masjid

Shalat tahiyyatul masjid adalah shalat sunnah yang dikerjakan setiap kali memasuki masjid sebagai penghormatan pada rumah Allah SWT.

‘Jika masuk salah seorang dari kalian ke masjid, maka janganlah duduk hingga shalat dua raka'at" (HR. Bukhary-Muslim)

 

2. Puasa Sunnah

Puasa Sunnah adalah puasa yang dikerjakan selain puasa Ramadhan. Sebagaimana pertanyaan seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW,"Ya Rasulullah, katakanlah kepadaku puasa yang diwajibkan Allah atas diriku". Jawab Rasulullah SAW,"Puasa Ramadhan". Tanya laki-laki itu pula,"Apakah ada lagi (puasa) yang wajib atasku?" Jawab Rasulullah SAW,"Tidak, kecuali kalau anda berpuasa sunnah".

Pada prinsipnya semua yang menjadi aturan bagi puasa sunnah, baik cara dan larangan, sama dengan aturan bagi puasa wajib; kecuali niatnya. Puasa wajib diharuskan melakukan niat pada malam hari sebelum fajar yaitu berniat mengerjakan puasa wajib sehari penuh. Sedangkan puasa sunnah boleh mengerjakan niat di tengah hari. Misalkan dari waktu Shubuh sampai siang hari tidak makan, minum dan berhubungan seksual; maka diperbolehkan bila kemudian diniatkan sekalian untuk berpuasa.

Di antara puasa-puasa sunnah adalah:

a. Puasa Senin-Kamis

Rasulullah SAW lebih sering berpuasa pada hari Senin dan Kamis, lalu seseorang bertanya kepada beliau apa sebabnya. Maka beliau bersabda,"Sesungguhnya amalan-amalan itu dipersembahkan pada setiap hari Senin dan Kamis, maka Allah berkenan mengampuni setiap Muslim, kecuali dua orang yang bermusuhan. Maka firman- Nya:"Tangguhkanlah keduanya!" (HR. Ahmad)

b. Puasa Tiga Hari Tiap Bulan

Berkata Abu Dzar Al Ghifari: "Kami diperintah oleh Rasulullah SAW agar berpuasa sebanyak tiga hari setiap bulan, yakni pada hari-hari cemerlang (terang bulan): tanggal tigabelas, empatbelas dan limabelas (bulan tahun Hijriah). Sabda beliau bahwa berpuasa pada hari-hari itu seperti berpuasa sepanjang masa (HR. Nasa'i dan disahkan oleh Ibnu Hibban).

Mu'adzah Al 'Adawiyah RA bertanya kepada 'Aisyah RA,"Apakah Rasulullah SAW berpuasa tiga hari tiap bulan?" Jawab 'Aisyah, "Benar". Ditanya,"Bulan apa saja?" Jawab 'Aisyah,"Tidak peduli bulan yang mana saja" (HR. Muslim).

c. Puasa Daud

‘Puasa yang lebih disukai Allah SWT adalah puasa Daud ... ia berpuasa satu hari lalu berbuka satu hari" (Dari Abdullah bin 'Amar)

 

3. Tilawah Al Qur'an

Rasulullah SAW telah memerintahkan kaum Muslimin untuk senantiasa menghiasi hari-harinya dengan tilawah Al Qur'an.

"Bacalah Al Qur'an! Karena ia akan datang pada hari Qiyamat sebagai pembela bagi orang yang mempelajari dan mentaatinya" (HR. Muslim)

Tilawah Qur'an dibebankan kepada setiap Muslim baik yang telah mahir maupun yang masih megap-megap.

"Orang yang mahir dalam membaca Al Qur'an akan berkumpul bersama para Malaikat yang mulia dan ta'at. Sedang orang yang megap-megap dan berat jika membaca Al Qur'an, ia mendapat lipat dua kali" HR. Bukhary-Muslim)

Begitu agung fadhilah (keutamaan) tilawah Al Qur'an, salah satunya adalah menurunkan sakinah (ketenangan).

"...Itulah sakinah (ketenangan) yang telah turun untuk bacaan Qur'an itu" (HR. Bukhary-Muslim)

Sebenarnya masih banyak lagi metode untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT; misalnya berdzikir dan berdo'a. Allah SWT telah berfirman:

"Dan sebutlah (nama) Rabbmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara di pagi dan petang dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai" [Al A'raf (7): 205]

 

Dengan semua taqarrub kita, Insya Allah, Allah akan memberi kita yang terbaik dalam kehidupan dunia dan akhirat. Amiin…Amiin yaa robbal ‘aalamiin. Wallahu a'lam bishshowab...

 

Taken from WaIslama Online: www.geocities.com/Athens/8875

 

 

 

<<  back to ISHLAH