Reproduksi


Teori Reproduksi Sangat Lita Sekali

( bagian II )


Adalah tidak mudah untuk mendapatkan ide reproduksi dalam Quran. Kesulitan pertama adalah ayat-ayat yang mengenai soal ini tersebar di seluruh Quran seperti yang kita lihat dalam soal-soal lain. Tetapi soal ini tidak merupakan kesulitan besar. Yang dapat menyesatkan seorang penyelidik adalah soal arti kata (vocabulary).

Pada waktu sekarang terdapat terjemahan-terjemahan dan tafsiran tentang beberapa ayat yang memberi gambaran salah tentang wahyu Quran mengenai hal-hal ilmiah. Kebanyakan terjemahan Quran menyebutkan pembentukan manusia mulai dengan ‘segumpal darah’ dan adherence (rangkaian) . Penjelasan semacam itu sangat tak dapat diterima oleh seorang spesialis. Manusia bukan begitu asal mulanya. Dalam ayat-ayat yang membicarakan menetapnya telur dalam uterus (rahim) wanita, kita akan melihat kesalahan ahli-ahli keislaman yang tidak mengetahui soal-soal ilmiah. Keadaan semacam itu meyakinkan kita akan pentingnya perpaduan antara pengetahuan bahasa dan pengetahuan ilmiah agar dapat mengerti makna ayat Quran yang membicarakan reproduksi.

Quran menandaskan transformasi terus-menerus yang dialami oleh embrio dalam uterus (rahim) si ibu.

 

"Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah membentuk kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang." [Q.S.82 ayat 6-7]

 

"Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah ? Padahal Dia sesungguhnya telah membentuk kamu dalam beberapa tingkatan kejadian." [Q.S.71 ayat 13-14]

Disamping pernyataan yang sangat umum, teks Quran menarik perhatian kita mengenai soal-soal teks reproduksi, yang dapat kita kelompokkan sebagai berikut:

1. Setitik cairan yang menyebabkan terjadinya pembuahan (fecondation)

2. Kompleksitas cairan pembuah

3. Penanaman (nidasi) telur yang dibuahi dalam rahim

4. Perkembangan (evolusi) embrio

… ( bagian II )

3. Penanaman (nidasi) telur yang dibuahi dalam rahim

Telur yang sudah dibuahkan dalam "Trompe" turun bersarang di dalam rongga rahim (cavum uteri). Inilah yang dinamakan "bersarangnya telur". Quran menamakan uterus tempat telur dibuahkan itu Rahim (kata jamaknya Arham).

"Dan Kami tetapkan dalam 'arham' (rahim) apa yang kamu kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan." [Q.S.22 ayat 5]

Begitu sel telur dibuahi, ia turun ke rahim melalui tabung Falopia; bahkan pada saat ia turun itulah, ia telah mulai terpecah. Kemudian 'menanamkan' dirinya dengan menyusup ke dalam ketebalan atau kekentalan lendir dan otot-otot, begitu tembuni terbentuk. Menetapnya telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya jonjot (villi) yakni perpanjangan telur yang akan mengisap dari dinding rahim, zat yang perlu bagi membesarnya telur, sebagaimana akar tumbuhan masuk ke dalam tanah. Pertumbuhan semacam ini mengokohkan telur dalam rahim. Pengetahuan tentang hal ini baru diperoleh manusia pada zaman modern.

Penanaman sel telur yang telah dibuahi di dalam rahim disebutkan dalam banyak ayat Al Quran. Kata Arab yang digunakan dalam konteks ini adalah 'alaq', yang arti tepatnya adalah 'sebentuk lintah yang menggantung/melekat' sebagaimana dalam ayat berikut ini:

"Bukankah (manusia) dahulu merupakan nuthfah (setitik bagian) dari mani (sperma) yang ditumpahkan ? Kemudian ia menjadi alaqah (sebentuk lintah yang menggantung); lalu Allah membentuknya (dalam ukuran yang tepat dan selaras) dan menyempurnakannya." [Q.S.75 ayat 37-38]

Merupakan suatu fakta yang kuat bahwa sel telur yang dibuahi tertanam dalam lendir rahim kira-kira pada hari keenam setelah pembuahan mengikutinya dan secara anatomis sungguh telur tersebut bentuknya benar-benar menyerupai lintah yang menggantung/melekat.

Gagasan tentang 'kebergantungan' mengungkapkan arti asli kata dalam bahasa Arab 'alaq. Salah satu turunan dari kata tersebut adalah 'segumpal darah', suatu penafsiran yang masih kita temukan sekarang dalam terjemahan-terjemahan Al Quran. Hal ini sepenuhnya merupakan terjemahan yang tidak tepat dari pengulas-pengulas zaman dahulu yang melakukan penafsiran menurut arti turunan kata tersebut. Karena kurangnya pengetahuan pada waktu itu, maka mereka tak pernah menyadari bahwa arti asli kata tersebut yang berarti 'sebentuk lintah yang menggantung/melekat' sudah sepenuhnya memadai. Di samping itu, dalam ayat-ayat yang mengandung pengetahuan modern, ada satu kaidah umum yang terbukti tak pernah salah, yaitu bahwa makna paling tua dari suatu kata selalu merupakan arti yang dengan jelas menunjukkan kesetaraannya dengan penemuan-penemuan ilmiah, sedang arti turunan-turunannya secara berubah-ubah membawa kepada pernyataan-pernyataan yang tidak tepat atau malah sama sekali tak punya arti.

 

4. Evolusi embrio di dalam rahim

Segera setelah berevolusi melampaui tahap yang dicirikan di dalam Al Quran oleh kata sederhana alaqah, embrio menurut Al Quran, melewati satu tahap selanjutnya yang di dalamnya secara harfiah tampak seperti daging yang digulung-gulung (mirip daging yang dikunyah), kemudian nampaklah tulang yang diselubungi dengan daging (yang segar).

Sebagaimana kita ketahui ia terus tampak demikian sampai kira-kira hari kedua puluh ketika ia mulai secara bertahap mengambil bentuk manusia. Jaringan-jaringan tulang dan tulang-belulang mulai tampak dalam embrio itu yang secara berturutan diliputi oleh otot-otot. Gagasan ini diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut:

"Kemudian 'nutfah' (setitik bahan dari mani) itu Kami bentuk menjadi 'alaqah' (sebentuk lintah yang menggantung), lalu 'alaqah' itu Kami bentukenjadi 'mudlghah' (daging yang digulung-gulung), dan 'mudlghah' itu Kami bentuk menjadi 'idham' (tulang belulang), lalu 'idham' itu Kami bungkus dengan 'lahm' (daging yang utuh). Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk lain. Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik." [Q.S.23 ayat 14]

Dua tipe daging yang diberi dua nama yang berbeda di dalam Al Quran, yang pertama 'daging yang digulung-gulung/dikunyah' disebut sebagai 'mudlghah', sedang yang kedua 'daging yang sudah utuh/segar' ditunjukkan oleh kata 'lahm' yang memang menguraikan secara amat tepat bagaimana rupa otot itu. Jadi dari bentuk "mudlghah", lalu berkembanglah sistem tulang (mesenhyme). Tulang yang sudah terbentuk dibungkus dengan otot-otot, inilah yang dimaksudkan dengan "lahm".

"Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur) maka(ketahuilah) bahwasanya Kami telah membentuk kamu dari Thurab (tanah), kemudian dari Nutfah (setitik sperma), kemudian dari alaqah (sebentuk lintah yang melekat), kemudian dari mudlghah (daging yang digulung-gulung) yang mukhallaq (seimbang proporsinya) dan ghairi mukhallaq (yang kurang seimbang proporsinya), agar Kami jelaskan kepada kamu." [Q.S.22 ayat 5]

Arti kata bahasa Arab "mukhallaq" berarti "dibentuk dengan proporsi seimbang", sedang lawan katanya adalah "ghairi mukhallaq". Dalam perkembangan embrio, yang sebelumnya tampak telanjang sebagai suatu kelumit daging yang tidak memiliki bagian-bagian yang bisa dibedakan, kemudian berkembang secara bertahap hingga mencapai satu bentuk manusia. Dan selama tahap-tahap ini ada bagian-bagian yang seimbang, namun ada pula bagian-bagian tertentu lainnya yang muncul tidak seimbang proporsinya: seperti kepala agak lebih besar volumenya dibanding bagian-bagian tubuh lainnya. Namun akhirnya hal ini akan menyusut, sedang struktur penopang hidup dasar membentuk kerangka yang dikelilingi otot-otot, sistem syaraf, sistem peredar, isi perut (bagian dalam tubuh) dan sebagainya.

Al Quran juga menyebutkan munculnya indra-indra dan bagian-bagian dalam tubuh, disebutkan:

"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh)nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagimu pendengaran, penglihatan, dan hati; tetapi sedikit sekali kamu bersyukur." [Q.S.32 ayat 9]

Juga tentang terbentuknya seks (ciri kelamin):

"Dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan, dari nutfah (setitik mani) yang dipancarkan/ditumpahkan." [Q.S.53 ayat 45-46]

 

Penutup [from Mr. Raba19]

Dalam konteks ini teks Al Quran dan data embriologi modern secara sangat mencengangkan ternyata sama. Semua pernyataan ini sesuai dengan fakta-fakta kuat masa kini. Tetapi bagaimana orang-orang yang hidup pada masa Muhammad dapat mengetahui berbagai rinci embriologi? Karena data ini belum ditemukan sampai 1400 tahun setelah wahyu Al Quran diturunkan, maka jelas membuktikan Quran benar-benar wahyu otentik dari Allah SWT.

Setelah apa yang saya (RABA) sampaikan dalam tulisan ini, silakan tuan-tuan yang pro atheis atau agnostik berpikir ulang kembali tentang posisi anda yang selalu anda bangga-banggakan itu. Bukankah keterangan dalam tulisan ini sudah jelas menunjukkan sebahagian tanda-tanda kebenaran dari kitab suci Al Quran yang sering anda cemoohkan itu. Saya hanya bisa mendoakan agar anda segera diberi hidayah oleh Allah Swt.

"(Tuhan) telah membentuk manusia dari nuthfah, tiba-tiba ia menjadi

pembantah yang nyata ?" [Q.S.16 ayat 4]

 

Wassalam

RABA

Sat, 13 May 2000 14:16:49 JAVT

<<< Back to Bulletin Page