[ Teori Reproduksi ] sangat lita sekali
bagi anak cowok wajib baca lhoPada waktu sekarang terdapat terjemahan-terjemahan dan tafsiran tentang beberapa ayat yang memberi gambaran salah tentang wahyu Quran mengenai hal-hal ilmiah. kebanyakan terjemahan Quran menyebutkan pembentukan manusia mulai dengan "segumpal darah" dan adherence (rangkaian) . Penjelasan semacam itu sangat tak dapat diterima oleh seorang spesialis.. Manusia bukan begitu asal mulanya. Dalam ayat-ayat yang membicarakan menetapnya telur dalam uterus (rahim) wanita, kita akan melihat kesalahan ahli-ahli keislaman yang tidak mengetahui soal-soal ilmiah.
Keadaan semacam itu meyakinkan kita akan pentingnya perpaduan antara pengetahuan bahasa dan pengetahuan ilmiah agar dapat mengerti makna ayat Quran yang membicarakan reproduksi.
Quran menandaskan transformasi terus-menerus yang dialami oleh embrio dalam uterus (rahim) si ibu.
Q.S.82 ayat 6-7: "Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, yang telah membentuk kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang."
Q.S.71 ayat 13-14: "Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah ? Padahal Dia sesungguhnya telah membentuk kamu dalam beberapa tingkatan kejadian."
Disamping pernyataan yang sangat umum, teks Quran menarik perhatian kita mengenai soal-soal teks reproduksi, yang dapat kita kelompokkan sebagai berikut:
1. Setitik cairan yang menyebabkan terjadinya pembuahan (fecondation)
2. Kompleksitas cairan pembuah
3. Penanaman (nidasi) telur yang dibuahi dalam rahim
4. Perkembangan (evolusi) embrio
1. Setitik cairan yang dibutuhkan untuk pembuahan ( fecondation )
Q.S.16 ayat 4: "Dia telah membentuk manusia dari nuthfah (sejumlah kecil bagian sesuatu)."
Kata (bahasa Arab) "nuthfah" ditemukan sebelas kali dalam Quran. Kata nuthfah diterjemahkan di sini sebagai "sejumlah amat kecil" bahagian dari total volume suatu zat. Barangkali hal ini bukanlah penerjemahan yang paling ideal. Tetapi tampaknya tak ada satu kata dalam bahasa Indonesia pun yang bisa sepenuhnya menangkap makna penuhnya dari kata tersebut. Kata tersebut berasal dari kata kerja bahasa Arab yang berarti "jatuh bertitik atau menetes", yang berasal dari akar kata yang berarti: mengalir. Arti utamanya merujuk kepada jejak cairan yang tertinggal di dasar suatu ember setelah ember tersebut dikosongkan. Jadi kata itu menunjukkan setetes kecil, dan disini berarti setitik cairan sperma, karena dalam ayat lain diterangkan bahwa setitik itu adalah setitik sperma. Kata bahasa Arab 'Maniy' berarti sperma.
Q.S.75 ayat 37: "Bukankah manusia dahulu merupakan nuthfah (sejumlah kecil bagian) dari maniy (sperma) yang ditumpahkan."
Dengan kata lain penunjukan nuthfah berarti hanya sebahagian kecil (setitik) saja dari total volume cairan mani (sperma) tersebut yang dibutuhkan dalam proses pembentukan manusia. Jadi Quran telah menyampaikan gagasan bahwa kemampuan sperma untuk membuahi tidak bergantung pada besarnya volume cairan yang disemburkan. Dan gagasan tersebut terbukti benar dengan ditemukannya kemaujudan spermatozoa di awal abad ke-17, yang mana identitas unsur pembuah ini diukur hanya dalam satuan-satuan perseribu milimeter.
Proses reproduksi manusia berlangsung dalam suatu rangkaian yang dimulai dengan pembuahan di dalam tabung Falopia (pembuluh lembut yang menghubungkan rahim dengan daerah indung telur). Suatu sel telur yang telah memisahkan dirinya dari indungnya di tengah perjalanan (melalui siklus menstrual), dibuahi oleh suatu sel yang berasal dari pria, yaitu spermatozoa. Dari berpuluh-puluh juta spermatozoa yang terkandung dalam satu sentimeter kubik sperma, hanya dibutuhkan satu spermatozoa saja untuk menjamin terjadinya pembuahan. Dengan kata lain proses ini sesuai dengan gagasan Quran bahwa hanya sejumlah sangat kecil dari cairan sperma yang berperan dalam proses pembuahan.
Suatu ayat lain menunjukkan bahwa setitik sperma itu ditaruh di tempat yang tetap (Qarar) yang berarti alat kelamin.
Q.S.23 ayat 13: "Kemudian Kami jadikan nutfah (setitik sperma) itu (disimpan) dalam 'makin' (tempat yang kokoh/ rahim)."
Perlu ditambahkan di sini bahwa kata sifat "makin" tak dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut menunjukkan tempat yang terhormat, tinggi, dan kokoh. Bagaimanapun maksudnya adalah tempat membesarnya manusia dalam organisme ibu.
Spermatozoa mengandung pita DNA, hal ini pada gilirannya membentuk kendaraan bagi gen-gen dari sang ayah untuk bersatu dengan gen-gen dari sang ibu untuk membentuk warisan genetik bagi calon manusia. Gen-gen yang terkandung di dalam sel reproduksi pria, akan bergabung dengan gen-gen sel reproduksi wanita, membentuk faktor-faktor yang akan menentukan berbagai kekhasan calon manusia itu.
Saat penyusutan kromatik berlangsung, spermatozoa itu membawa gen-gen yang mengandung faktor-faktor yang menentukan apakah calon manusia itu akan berjenis kelamin laki-laki (hemicromosom Y), atau wanita (hemicromosom X). Jika satu spermatozoa yang benar-benar berhasil membuahinya, mengandung hemicromosom Y, maka calon anak tersebut akan menjadi anak laki-laki. Jika spermatozoa yang menembus sel telur mengandung hemicromosom X, maka calon anak tersebut akan menjadi anak perempuan.
Oleh karena itu jenis kelamin seseorang, secara genetik, ditentukan pada saat terjadi pembuahan. Al Quran mengandung pernyataan mengenai masalah tersebut sebagaimana berikut:
Q.S.80 ayat 19: "Dari nutfah (setitik bagian), (Tuhan) khalaqa (membentuknya dalam proporsi yang tepat), lalu faqoddaroh (menentukannya)."
Kata "khalaqa" yang biasanya diterjemahkan dengan kata kerja "menciptakan", lebih tepat kalau diterjemahkan (sesuai arti aslinya) yaitu "membentuk dengan proporsi yang sesuai." Kita tentu mesti mengakui bahwa dalam hal ini ditemukan kesesuaian yang mencengangkan antara pernyataan-pernyataan dalam Quran dengan fakta-fakta ilmiah di atas, juga fakta bahwa warisan genetik yang diterima dari ayahlah yang menentukan jenis kelamin seseorang.
2. Kompleksitas cairan pembuah
Q.S.76 ayat 2: "Sungguh Kami telah membentuk manusia dari nuthfah (setitik sperma) amsyaj (cairan yang bercampur)."
Istilah 'cairan-cairan yang bercampur' berkaitan dengan kata Arab "Amsyaj". 'Cairan-cairan yang bercampur' yang dirujuk oleh Al Quran hanya khas bagi cairan sperma yang kompleks. Seperti kita ketahui, cairan ini terdiri atas keluaran-keluaran getah dari kelenjar-kelenjar berikut ini:
a. Testis (buah pelir), pengeluaran kelenjar kelamin lelaki yang mengandung spermatozoa yakni sel panjang yang berekor dan berenang dalam cairan serolite.
b. Kantong-kantong benih (besicules seminates); organ ini merupakan tempat menyimpan spermatozoa, tempatnya dekat prostrat; organ ini juga mengeluarkan cairan tetapi sifatnya tidak membuahi. Prostrat, mengeluarkan cairan yang memberi sifat krem serta bau khusus kepada sperma.
c. Kelenjar-kelenjar yang melekat pada saluran kencing. Kelenjar Cooper atau Mery mengeluarkan cairan yang melekat, dan kelenjar Lettre mengeluarkan semacam lendir.
Itulah unsur-unsur campuran yang disebut dalam Quran.
Cairan benih dan spermatozoa diproduksi oleh buah pelir dan untuk waktu tertentu disimpan di dalam suatu sistem saluran dan tandon. Ketika terjadi kontak seksual, spermatozoa itu berpindah dari tempat penyimpanannya ke saluran kencing, dan di tengah jalan, cairan tersebut diperkaya dengan keluaran-keluaran getah lebih lanjut. Keluaran-keluaran getah ini yang meskipun tidak mengandung unsur-unsur pembuah, akan memberikan suatu pengaruh besar atas pembuahan tersebut dengan membantu sperma untuk sampai ke tempat sel telur wanita yang akan dibuahi. Dengan demikian, cairan sperma itu merupakan suatu campuran: ia mengandung cairan benih dan berbagaikeluaran getah tambahan.
Al Quran masih menyebut hal-hal lain. Ia juga menjelaskan kepada kita bahwa unsur pembuah pria berasal dari cairan sperma yang bersifat hina.
Q.S.32 ayat 8: "(Tuhan) menjadikan keturunannya (manusia) dari sulalat (saripati) maa' (cairan) yang mahin (hina)"
Kata sifat 'yang hina' (mahin di dalam bahasa Arab) mesti diterapkan tidak saja pada sifat cairan itu sendiri melainkan juga pada fakta bahwa ia disemprotkan melalui saluran kencing.
Mengenai kata 'saripati' atau suatu komponen bagian dari komponen yang lain, kita sekali lagi bertemu dengan kata Arab "sulalat", yang pernah dibahas dalam tulisan saya terdahulu "Teori Evolusi dalam Quran". Hal ini menunjuk pada 'sesuatu bahan yang diambil dari bahan lain', dan merupakan 'bagian terbaik dari bahan itu. Bagaimanapun cara menterjemahkannya, maksudnya adalah satu bagian daripada suatu keseluruhan bahan tersebut. Konsep yang diungkapkan disini, tidak bisa tidak, membuat kita berpikir tentang spermatozoa.
Yang menyebabkan pembuahan telor atau memungkinkan reproduksi adalah sebuah sel panjang yang besarnya 1/10.000 (sepersepuluh ribu) milimeter. Satu daripada beberapa juta sel yang dikeluarkan oleh manusia dalam keadaan normal dapat masuk dalam telor wanita (ovule). Sebagian besar sisa lainnya tetap dijalan dan tidak sampai ke trayek yang menuntun dari kelamin wanita sampai ke telor (ovule) di dalam rongga rahim (uterus dan trompe). Dengan begitu maka hanya bagian sangat kecil daripada cairan yang menunjukkan aktivitas sangat kompleks.
Bagaimana kita tidak terpukau oleh persesuaian antara teks Quran dengan pengetahuan ilmiah yang kita miliki sekarang.
3. Penanaman ( nidasi ) telur yang dibuahi dalam rahim
Telor yang sudah dibuahkan dalam "Trompe" turun bersarang di dalam rongga rahim (cavum uteri). Inilah yang dinamakan "bersarangnya Telur". Quran menamakan uterus tempat telor dibuahkan itu Rahim (kata jamaknya Arham).
Q.S.22 ayat 5: "Dan Kami tetapkan dalam 'arham' (rahim) apa yang kamu kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan."
Begitu sel telur dibuahi, ia turun ke rahim melalui tabung Falopia; bahkan pada saat ia turun itulah, ia telah mulai terpecah. Kemudian 'menanamkan' dirinya dengan menyusup ke dalam ketebalan atau kekentalan lendir dan otot-otot, begitu tembuni terbentuk. Menetapnya telur dalam rahim terjadi karena tumbuhnya jonjot (villi) yakni perpanjangan telor yang akan mengisap dari dinding rahim, zat yang perlu bagi membesarnya telor, sebagaimana akar tumbuhan masuk ke dalam tanah. Pertumbuhan semacam ini mengokohkan telor dalam rahim. Pengetahuan tentang hal ini baru diperoleh manusia pada zaman modern.
Penanaman sel telur yang telah dibuahi di dalam rahim disebutkan dalam banyak ayat Al Quran. Kata Arab yang digunakan dalam konteks ini adalah 'alaq', yang arti tepatnya adalah 'sebentuk lintah yang menggantung/ melekat' sebagaimana dalam ayat berikut ini:
Q.S.75 ayat 37-38: "Bukankah (manusia) dahulu merupakan nuthfah (setitik bagian) dari mani (sperma) yang ditumpahkan ? Kemudian ia menjadi alaqah (sebentuk lintah yang menggantung); lalu Allah membentuknya (dalam ukuran yang tepat dan selaras) dan menyempurnakannya."
[ bersambung ... Bulletin edisi keempat O.K. ?! ]