KASIH SAYANG
Seorang muslim yang membela hukum2 agamanya selalu bersikap toleran karena ilmunya, bersikap kasih sayang, dan memancarkan sumber kasih sayang dari hatinya. IA sadar bahwa kasih sayang seorang hamba di bumi menjadi sebab datangnya rahmat dari langit. Rasulullah SAW bersabda:
“Bersikap
belas kasihlah kamu terhadap siapa saja yang ada di atas bumi, pastilah yang di
langit (malaikat) akan merahmatimu.” (HR
Tabrani).
Seorang muslim hendaknya mengetahui petunjuk Islam yang menyatakan:
“Barang
siapa tidak menaruh belas kasih terhadap sesama manusia, Allah pasti tidak akan
menaruh belas kasih kepadanya.” (HR
Bukhari).
“Tidak
dicabut rahmat Allah kecuali dari orang yang durhaka.” (HR Bukhari).
Seorang
muslim bahkan dituntut menyebarkan kasih sayang itu kepada kelompok yang lebih
luas. Tidak hanya kepada keluarga, anak cucu, kerabat, atau kawan-kawannya saja,
bahkan mencakup segenap umat manusia. Petunjuk Allah dan bimbingan nabi sendiri
adalah rahmat bagi seluruh manusia. Abu Musa Al Asy’ari meriwayatkan:
“Nabi
SAW bersabda: tidaklah sempurna iman kalian sehingga kalian saling berkasih
sayang kepada sesama kalian. Mereka (para sahabat) berkata: wahai Rasulullah
kami semua menaruh kasih sayang. Nabi bersabda; kasih sayang yang dimaksud bukan
sekedar ditujukan kepada salah seorang sahabatnya, dalam lingkup terbatas,
tetapi rasa kasih sayang itu hendaklah bersifat menyeluruh.” (HR Tabrani).
Rahmat
bersifat menyeluruh, berlaku bagi seluruh umat manusia. Ia telah bersemayam,
memancar di dalam dan dari hati setiap muslim. Ia adalah bekal hidup
bermasyarakat untuk saling mengasihi, bersahabat dengan penuh cinta kasih,
menasehati secara ikhlas, lemah lembut secara mendalam.
Nabi
SAW merupakan contoh terbaik dalam mempraktekan akhlak kasih sayang. Suatu
ketika beliau mendengar tangisan seorang bayi, padahal beliau sedang mengerjakan
shalat. Maka, beliau meringkaskan shalatnya. Hal ini diriwayatkan oleh Asy
Syaikhan (Bukhari-Muslim) dari Anas RA, bahwasannya telah berkata Nabi SAW:
“Sesungguhnya aku hendak memasuki (menunaikan) shalat, dan aku ingin memperpanjangnya. Tiba-tiba aku mendengar tangis seorang bayi, maka aku mempercepat shalatku mengingat betapa gelisahnya si ibu karena tangis bayinya itu.”
Dalam
sebuah hadits lain Abu Hurairah menceritakan;
“Rasulullah
SAW mencum pipi Hasan dan Husein, kedua putra sayyidina Ali RA. Di dekat beliau
ada Aqra’ bin Habis, orang Tamim. Berkata Aqra’: saya memiliki 10 orang anak,
seorangpun belum pernah saya cium. Maka, Rasulullah berkata kepada Aqra’:
siapa yang tidak pernah mengasihi orang lain, tidak akan dikasihi oleh Allah.”
(HR Bukhari).
Ketika
Umar bin Khatab RA hendak mengangkat seseorang sebagai pemimpin kaum muslimin,
Aqra’ bin Habis, yang mendengar berita pengangkatan itu berkata kepada Umar:
sesungguhnya ia tidak memperhatikan anak-anaknya. Maka, Umar menunda rencananya
seraya berkata: jika kamu belum mampu berbuat kasis terhadap anak-anakmu,
bagaimana mungkin engkau bisa mengasihi orang lain yang banyak? Demi Allah, aku
tidak akan mengangkatmu sebagai pemimpin selama-lamanya….
Bukan
terbatas kepada manusia, sikap kasih sayang yang diajarkan dalam Islam dan
dicontohkan Nabi Saw juga berlaku terhadap hewan maupun tumbuhan. Abu Hurairah
RA berkata:
“Tatkala
aku berjalan bersama seseorang, kami merasa sabgat haus. Kami beruntung bisa
menfapatkan sumur, lalu kami pun turun untuk minum. Ketika kami keluar, terlihat
oleh kami seekor anjing yang menyalak-nyalak, menjulurlkan lidah tanda haus.
Maka orang itu berkata: benar-benar anjing itu merasa haus seperti yang baru aku
alami. Segera orang itu kembali ke sumur, mengambil air dengan sepatunya hingga
penuh, kemudian air itu diberikannya kepada anjing itu. Segeralah anjing itu
minum, dan Allah pun mensyukurinya dan mengampuninya. Para sahabat bertanya
kepada Nabi SAW: wahai Rasulullah, apakah dalam menyantuni binatang terdapat
pahala bagi kami? Rasulullah menjawab: pada setiap lembar rumput hijau terdapat
pahala!” (HR Syaikhoni).
Asy
Syaikhon juga meriwayatkan dari Ibnu Umar RA, bahwa telah bersabda Rasulullah
SAW:
“Seseorang
wanita disiksa dan dimasukkan ke dalam neraka disebabkan mengurung kucing hingga
mati. Kucing itu tidak diberi makan dan minum selama kurungan dan tidak pula
dilepaskannya agar bisa mencari makan sendiri berupa rerumputan yang tumbuh di
bumi.” (HR Muslim).
Cited
from Apakah Anda Berkepribadian Mulim
By
Ali Hasuimi.