PAHALA ISTIMEWA BUAT MUSLIMAH
Suatu hari, fatimah, putrid Rasulullah SAW menangis tersedu-sedu. Rasul yang melihatnya bertanya, "Apa gerangan yang membuatmu sedih, fatimah?"
Fatimah menjawab dengan terisak, "Ya abi, aku menangis karena aku sangat letih mengisar tepung dan menyediakan keperluan rumah. Sandainya abi menyuruh Ali suamiku untuk mencarikan pelayan, tentu itu merupakan hadiah terbesar bagiku."
Sejenak Rasulullah terdiam. Hatinya sungguh teriris sehingga beliau berlinang air mata. Lalu beliau berkata, "Wagai Fatimah putriku, sekiranya Allah menghendaki, pengisar ini akan bekerja setiap hari. Tapi Allah ingin mencatat perbuatan baikmu dan meninggikan deratjatmu karena besarnya tanggung jawabmu.
Wahai putriku, setiap wanita yang berpeluh karena membuat roti, maka Allah akan membuat parit yang membatasinya dengan api neraka. Jarak parit itu sejauh bumi dan langit.
Wahai putriku, setiap wanita yang berair natanya ewaktu mengiris bawang (untuk menyediakan makanan bagi keluarganya), Allah catatkan baginya pemberian sebanyak yang diberikan mereka yang menangis karena takut kepada Allah.
Wahai, putriku, setiap wanita yabng memintal benang Allah catatkan baginya perbuatan baik sebanyak helai-helai benang uyang dibuat dan menghapuskan catatan 100 perbuatan jahat.
Wahai putriku, setiap wanita yang meminyaki rambut anaknya, lalu menyisirnya, mencuci pakaian, dan memandikannya, Allah catatkan baginya perbuatan baik sebanyak helai-helai rambut mereka dan menghapuskan sebanyak itu pula pekerjaan-pekerjaan jahatnya, dan membuatnya kelihatan berseri di mata orang-orang yang memandangnya."
(HR. Abu Huraiah)
Inti dari riwayat tersebut adalah keikhlasan. Seringkali kita menggerutu dalam hati ataupun berkeluh kesah dalam melakukan pekerjaan rumah tangga, terutama muslimah yang sudah berumah tangga , maupun muslimah yang katanya "super sibuk" di sekolah, aktivis lah, dsb, sehingga sangat amat jarang sekali banget membantu ibu di dapur, berse-beres rumah, dsb. Kalaupun dimintai bantuan, seringkali hatinya tidak ikhlas, dsan menganggap pekerjaan seperti itu hanya pantas dilakukan pembantu rumah tangga. Padahal nanti juga kita akan jadi ibu RT. Setinggi apapun jabatan kita, karier kita kelak, sebagai seorang muslimah yang ingin mengikuti sunah rasul yaitu menikah, kelak diserahi tanggung jawab sebagai ratu rumah tangga, yang harus mengutamakan kewajibannya mengurus rumah tangga disamping tugas dakwah yang diembannya, baik itu di dalam bidang industri, iptek, pendidikan, dsb.
Dari riwayat tersebut dapat kita lihat bahwa Rasulullah SAW adalah figure seorang ayah yang bijaksana dan pandai memotivasi. Dari riwayat tersebut pula, kita dapat menyadari bahwa sesungguhnya begitu besar perhatian Allah terhadap muslimah yang melaksanakan tanggung jawabnya dengan penuh keikhlasan. Dan Allah Maha melihat, Maha Adil, sehingga Allah tidak akan mengabaikan sekecil apapun amalan yang kita perbuat, pasti Allah membuat perhitungannya.
Walahu a’lam bishowab.