SEBARKANLAH SALAM
( Sebuah jurnal kegiatan kajian dan buka bersama di Musholla An-Nur )
Kisah ini berawal dari sebuah ucapan selamat. Ya, sebuah ucapan selamat hari ibu. Kok bisa ya? Entahlah yang pasti ini adalah berkat dari Yang Maha Kuasa. Dan di sini tersimpan suatu hikmah akan arti sebuah ucapan selamat.
Awal cerita dimulai ketika Sulastama Raharja ST menitipkan ucapan selamat hari ibu kepada Ibu Dini, ibundanya Subiro. Kemudian seperti biasanya, dengan gaya bahasa "provokaatif" disampaikanlah ucapan selamat hari ibu tersebut. ( Sorry, penulis nggak tau lanjutannya ) Sampai akhirnya Bu Dini berucap, " Aku terharu dengan ucapan selamatnya, sampaikan pada temen-temenmu kita buka bersama di luar. Aku yang mbayarin"
Keesokan harinya, Subiro pun ngomong sama yang lain bahwa ibunya mau ngasih buka bersama di luar. Terus temen-temennya mikir, kalo' gitu cakupannya nggak luas dong. Cuma untuk sekitar 20-an orang saja. Nggak seru. Trus muncul ide, gimana kalo' bukanya di Musholla saja. Dengan anggaran yang sama malah bisa ngasih buka sama orang 50-an
Pembicaraanpun terus berlanjut. Wah ini malah bisa jadi even bagus tuk jadi ajang dialog. Bu Dini khan seorang psikolog. Kalo' beliau bicara dalam acara tersebut kita bisa tambah wawasan untuk persiapan kita menghadapi UMPTN 2000. OK, terus waktunya kapan? Bagaimana cara ngundangin temen-temen yang lain ?
Karena hanya ada sekitar 4 orang dalam pembicaraan tersebut maka kemudian kepentok, kalo' dibicarakan saat ini kayaknya nggak sip. Gimana kalo dilanjutkan malem minggu aja ?
Fantastis ternyata yang malam minggu pada datang ke Musholla ada 12 orang. Dengan demikian pembicaraan menjadi semakin ramai. Dan keluarlah banyak ide segar tuk menggelar diskusi dan buka bersama pada hari Sabtu, 1 Januari 2000 M/24 Ramadhan 1420 H.
Agenda terpenting yang dibicarakan pada malam minggu itu adalah masalah konsumsi, undangan dan materi diskusi. Syukurlah pada saat jam dinding musholla menunjukkan pukul 21.30 seluruh pembicaraan dapat berakhir.
Untuk masalah konsumsi, selain meal yang disesiakan oleh Bu Dini, anak-anak pun pada keroyokan untuk menanggungnya. Sehingga dana pun keluar dari langit bumi dan lautan. Untuk snack ditanggung sama Izbiq dan Didin. Terus yang lucu adalah pembuatan kolaknya. Bahan-bahan sama yang buat benar-benar dari langit, bumi dan lautan. Bayangkan saja yang buat adalah Sarjana Teknik Geologi dan Sunan Wiyoro yang kemampuannya sangat diragukan oleh banyak pihak. Bhan-bahannya pun didatangkan dari segala pelosok penjuru bumi. Pisang dari Wiyoro Bantul, Kelapa dari Godean Sleman, Cincau dari Pasar Condong Catur Sleman, Nangkanya entah dari mana ( semoga saja halal ), Gula dari warung dekat Gramedia dan Minomartani, cuman airnya doang yang asli Musholla An-Nur. Bukan cuman bahannya aja yang dari segenap penjuru negeri tapi juga alat-alatnya. Kompor dan panci dari Nitikan, saringan dari jalan Magelang, piring dari Minomartani, plus pinjam pangot dan parut milik Bu Iche.
Digarap secara keroyokan oleh Didin, Izbiq dan Arkha, akhirnya undangan berhasil diselesaikan dengan cepat. Pada hari Selasa, undangan mulai di sebar ke pelosok penjuru Daerah Istimewa Yogyakarta. Perjalanan ini mengerahkan empat armada yang menyebar ke arah utara dengan personel KOMO, Dwi, dan Didin, perjalanan ke barat ( koyo pilem wae ) dengan personel Angga dan Owok, ke timur dengan personel Genug dan Heni. Dan yang terakhir ke arah agak barat, tengah, dan agak selatan dengan personel Makhfud dan Arkha. Sayang adegan penyebaran undangantidak selesai hari itu juga dan kemudia dilanjutkan pada hari berikutnya oleh Gestan, Bardi, Daniel dan teman lain yang lan dengan sistem multi level.
Perjalanan mengantar undangan ini ternyata menyisakan berbagai kisah unik yang bisa dibilang lucu tapi juga bisa dibilang nrenyuhake ati ( membuat hati tersentuh,-red ). Mungkin kisah yang tertulis di sini tidak bisa memuat seluruh kejadian yang dialami oleh para personel penyebar undangan tetapi hanya kisah-kisah yang masuk ke redaksi penulis saja yang termuat.
Perjalanan ke arah Barat yang dikomndoi oleh Angga dan Owok diwarnai dengan kisah kekeliruan ngasih undangan yang ditujukan kepada Rimbar Diorisma. Mungkin karena kesalahan teknis, undangan untuk Rombar ternyata atas nama Angga Alfitra. Tak hanya itu saja, mereka berdua tampaknya juga 'agak' mengganggu kunjungan 'someone' di rumah Kumi. Hayooo!!!???
Kisah konyol juga dialami oleh rombongan Arkha dan Makhfud, TKP-nya tepat di depan Prista dekat jembatan layang. Karena hujan cukup deras maka mereka berdua berhenti untuk memakai mantel di Prista. Setelah mantel dibuka ternyata mantelnya bau dan Arkha memutuskan untuk tidak memakainya. Mantel pu dilipat kembali dengan perasaan nggonduk. Padahal orang yang berteduh di depan Prista sangat banyak. Mereka memperhatikan tingkah aneh dari dua orang yang udah basah kuyup tersebut dengan seksama .
Namun perjalanan ke utara lebih banyak menyisakan kejadian yang memilukan daripada kisah konyolnya. Dwee yang ditemukan oleh M' Koem dan didin di rumah Tantri, ternyata harus menderita sakit karena berhujan-hujan (semoga dosa-dosanya dihapuskan oleh Allah SWT ). Bukankah orang yang sakit semalaman dan dia sabar menerima cobaan dari Allah tersebut maka dosa-dosanya akan keluar dari tubuhnya ?
Akhirnya tibalah hari Sabtu, tanggal 1 Januari 2000 atawa 24 Ramadhan 1420 H. Kira-kira pukul 10.00 Makhfud dateng ke sekolah tapi yan ada cuman panitia-panitia zakat yang senantiasa setia menunggu para aktivis masjid yang mau ngambil zakat di Musholla. Kemudian pada pukul 11.00, Ipinx datang dengan jaket birunya membawa alat masak beserta ubo rampenya. Karena pengen mandi dulu Makhfud terus pulang. Ternyata Ipinx juga mengikuti jejaknya meninggalkan sekolah.
Tak lama berselang Subardi datang membawa makhluk yang punya jabatan wakil direktur sebuah yayasan swasta dan menyandang gelar sarjana teknik. Perjuangan, kerjasama dan kemesraan mereka dalam menyiapkan ubo rampe kegiatan ini patut dicontoh. Berdua mereka membuat kolak. Gara-gara nggak bawa pangot, maka usaha memecahkan kelapa pun dilakukan dengan menggunakan teknik purbakala, yakni dengan mengadu dua kelapa biar pecah. Walhasil, bathoknya emang bisa pecah, but kesulitan baru pun menghadang mereka. Bagaimana cara mengambil kelapanya ? Jalan pun buntu. Akhirnya mereka menyerah dan meminjam pangot milik Bu Iche. Kemesraan yang paling menonjol terjadi ketka mereka memeras kelapa. Bardi mengucurkan airsedangkan Sulastama Raharja yang memerasnya. ( Kayaknya yang disebut terakhir barusan itu punya terlalu banyak nama buron kali ya ? )
Akhirknya makhluk-makhluk yang udah diundang pun mulai berdatangan. Hanya saja kebanyakan datanya pada telat. Terutama yang laki-laki. Dalam kesempatan kali ini akhwat datangnya pada lebih gasik. Kayaknya yang laki-laki sudah hafal sama tabiat-tabiat yang ngundangi sehingga mereka bisa datang tepat saat acara dimulai, bukan tepat waktu seperti tertera dalam undangan.
Setelah pada kumpul semua di Musholla atas dan Bu Dini sudah datang, dimulailah sebuah acara di suatu sore pada bulan Ramadhan, yang telah dipersiapkan dengan penuh perjuangan sepenuh jiwa dan raga. Dengan membaca Al-Fatihah bersama-sama, acara pun dibuka.. Sebelum memulai menjelaskan materinya Bu Dini terlebih dahulu protes sama moderatornya, sebab dari tadi yang disebut ibunya Owok terus. Padahal sore itu Bu Dini membawa serta putrinya yang punya nama Galuh S," Kok nggak nyebut dua-duanya, anak saya yang ada di sini khan dua" protes Bu Dini.
Setelah itu barulah beliau memulai kajiannya. Pertama kali yang beliau sampaikan adalah masalah bagaimana memenej waktu yang kita miliki untuk persiapan menghadapi UMPTN. Dalam penggunaan waktu ini kita memerlukan suatu prioritas. Hal utama apakah yang perlu didahulukan, begitu penekanan yang beliau berikan. Selesai menyampaikan masalah manajemen waktu ini beliau pun membuka pertanyaan. Karena nggak ada yang buka mulut, ( takut mulutnya bau kali ya, padahal orang puasa bau mulutnya khan sewangi bau kesturi), akhirnya Arkha mencoba menjadi trigger/pemicu diskusi, Setelah mendapat tanggapan dari Bu Dini, temen-temen yang lain minta kajiannya dilanjutkan.
Seetelah pertanyaan dari Arkha, Bu Dini pun mulai memjelaskan tentan persoalan pemilihan jurusan di Perguruan Tinggi. Beliau menekankan tentang pentingnya wawasan luas tentang jurusan tersebut, prospeknya di masa depan, dan yang terpenting adalah dukungan dari keluarga. Memang, masalah milih-memilih jurusan ini banyak diantara kita yang masih belum memiliki pandangan yang pasti akan jurusan apa yang hendak diambilnya. Dalam pemilihan jurusan ini, minat dan bakat perlu menjadi pertimbangan utama dalam penentuan jurusan.
Walaupun miskin pertanyaan, tapi ada pertanyaan bagus yang dilontarkan oleh Erika. Bagaimana jika kita gagal? Pikiran yang demikian ini memang banya membebani siswa yang hendak menjalani UMPTN. Secara garis besar, beliau memberi sara supaya kita juga mempunyai suatu alternatif dalam menghadapi kegagalan. Contohnya mengambil PTS bagi yang mampu atawa mengulangi di tahun kedua. Namun, untuk saat ini lebih baik kita berpikir bagaimana strategi kita supaya tidak gagal dan berserah dirilah pada Yang Maha Kuasa.
Selain itu Giarsih juga punya pertanyaan bagus.Bagaiman jika kita dihinggapi rasa malas? Untuk pertanyaan ini beliau pun meminta supaya kitabertanya pada diri kita apa sich yang pengen kita capai. Di situ akan tumbuh suatu motivasi yang akan menggerakkan kita, memberi kita suatu kekuatan untuk berusaha mencapai tujuan kita. " and sekali lagi berpikirlah ke depan perluas wawasan anda tentang masa depan" ingat Bu Dini.
Karena picuan Arkha nggak mempan, penanyanya pun minim sekali. Sehingga Bu Dini pun terpaksa harus mengeluarkan kata-kata sindiran." Kata Subiro, temen-temennya itu rata-rata pada antusias dan siap memberondongkan pertanyaan-pertanyaan kalo lagi di acara diskusi kayak gitu" ungkap Bu dini. Namun ya tetap nggak mempan. Hingga sampe akhir sesi tanya jawab ditutup, yang sempet nanya cuma Arkha, Makhfud, Daniell, Izbiq, Mbak Gi' dan Erika. Hipotesa sementara seeh, temen-temen waktu itu otak kirinya udah berteriak-teriak minta nutrisi apalagi otak kanannya juga memprovokasi dengan menarik konsentrasi keluar ruang ceramah sembari membayangkan hidangan berbuka puasa tapi nggak pa-pa paling nggak materi udah nyantol, dan semoga bermanfaat.
Selama pemberian materi, masih ada terus yang datang, sampe-sampe para undangan harus berdesakan di pojokan Musholla atas. Beberapa menit menjelang buka, acara ditutup. Temen-temen sudah nggak sabar lagi menanti Adzan Maghrib berkumandang sampe-sampe ada yang usul gimana kalo request Adzan Maghrib aja ke Geronimo! Sekalian ngasih salam buat temen-temen: "Met buka ya" ( kok nggak sekalian pesen yang unplugged?)
Akhirnya dari pengeras suara radio andalan musholla terdengarlah beat-beat bedug yang jadi intronya Adzan maghrib. Dan yang ditunggu tunggu akhirnya tibalah. The Most Wanted Kolak Pisang versi Geo-Wiyoro tampil ke depan sebagai hidangan pembuka. Seakan sudah tidak peduli dengan bagaimana suspensi yang ternyata membangkitkan impuls-impuls di permukaan lidah itu bisa berbentuk, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, piring-piring kosong sudah bertumpuk di tengah ruangan.( maklum nggak ada mangkok piring pun jadi ) memang hebat-hebat semua teman sejawat kita ini
Selesai hidangan part I, piring-piring pu ditarik dari peredaran. Dengan cekatan Mas KOMO beserta crew-nya (mBak Mirza, mBak Diyah dan kakaknya, plus Mas Rustam ) mencuci piring-piring kotor tersebut. Thank's berat kami ucapkan 'tuk kalian semua. Jazakumullahi khairan katsira.
Selesai dengan hidangan part II pun segera menjelang. Namun , karena belum siap waktu luang ini pun dimanfaatkan untuk bertadarus bersama. Selesai tadarus makanan part II telah sedia menanti. Makan bersama pun dimulai dengan bacaan doa. Di akhir cerita ini aku pengen menyampaikan pesan Nabi SAW. "Orang tak akan masuk surga hingga dia beriman. Tak beriman orang hingga ada kasih sayang. Maukah kamu kuberitahu amalan untuk menyebarkan kasih sayang? SEBARKANLAH SALAM"
Jikalau ada salah kata, salah fakta, dan salah cerita penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Jikalau ada bagian cerita yang ndak berkenan penulis juga mohon maaf
Boleh komplain koq !!!
Digarap secara maraton di empat tempat
( Wonosari, Minomartani, Condong Catur, Gayam )
Oleh Makhfud Saptadi dan Arifudin Achmad
Selesai hari Rabu, 19 Januari 2000, pukul 20.55 di gayam ( deket Geronimo )